Tentang hidup aku memang slalu merencanakan akan seperti apa
dan harus seperti apa, ini tentang harapan yang nantinya akan dan harus aku
capai. Tapi lain soal cinta dan hubungan.
boleh kah aku bicara soal DULU?
Dulu sebelum ini dulu waktu awal aku mengenal apa itu cinta apa itu hubungan, aku lebih dulu mengenal apa itu harapan. Berharap, menanti, ketidakpastian dan segala hal yang masih menggantung. Aku terlalu mengenal apa itu harapan dan aku terlalu peka mengenai akhir dari harapan yang slalu menguap entah kemana; kecewa.
Dulu sebelum ini dulu waktu awal aku mengenal apa itu cinta apa itu hubungan, aku lebih dulu mengenal apa itu harapan. Berharap, menanti, ketidakpastian dan segala hal yang masih menggantung. Aku terlalu mengenal apa itu harapan dan aku terlalu peka mengenai akhir dari harapan yang slalu menguap entah kemana; kecewa.
Aku ga muna, harapan kadang memang membuat sesorang jauh
lebih hidup. Entah harapan itu benar atau tidak, nyata atau semu, terbalas atau
terabaikan setidaknya ketika seseorang mulai berharap disitu lah ia merasa
bahagia meskipun kebahagiaan itu bukan suatu kepastian atau bahkan meskipun
kebahagiaan itu hanya kita sendiri yang membuat.
Sama hal nya dengan aku, aku terlalu peka dengan hal-hal
kecil yang mudah saja berubah menjadi harapan besar. Dan slalu pada akhirnya
aku sendiri juga yang jatuh karna harapan itu. Sampai akhirnya aku mulai
mencoba berhenti berharap, apapun bentuk harapan itu kecil atau besar, akan
nyata atau tidak, akan terbalaskan atau terbaikan. Aku mulai ga peduli. Aku menutup
semua hal yang berkaitan dengan harapan. Entah saking terlukanya terjatuhnya
atau terlalu kecewa, aku bahkan hampir menutup hati menutup segala logika indah
tentang cinta. Tak pernah ada yang benar-benar nyata tak pernah ada harapan
yang benar-bernar berakhir indah. Sampai akhirnya aku ketemu kamu.
Aku masih melakukan hal yang sama. Masih terlalu enggan
untuk percaya akan harapan-harapan yang kamu kasih. Tapi perlahan segalanya
berubah. Aku ga ngerti gimana cara kamu sampai bisa merubah pandangan aku, tentang
cinta, tentang harapan dan tentang segala hal yang pernah aku hindari.
Aku boleh bicara tentang seandainya?
seandainya dulu aku tak mengenal apa itu kecewa
seandainya dulu aku tak mengenal apa itu terluka
seandainya dulu aku tak mengenal apa itu terjatuh
seandainya dulu aku tak mengenal apa itu pengabaian
seandainya dulu aku tak mengenal apa itu pengkhianatan
dan seandainya dulu aku tak mengenal seperti apa air mata yang terjatuh karna kehancuran.
seandainya dulu aku tak mengenal apa itu kecewa
seandainya dulu aku tak mengenal apa itu terluka
seandainya dulu aku tak mengenal apa itu terjatuh
seandainya dulu aku tak mengenal apa itu pengabaian
seandainya dulu aku tak mengenal apa itu pengkhianatan
dan seandainya dulu aku tak mengenal seperti apa air mata yang terjatuh karna kehancuran.
“seandainya dulu yang ku temui adalah lelaki sepertimu bukan seperti
mereka”.
Aku pernah membayangkan, seandainya sejak dulu aku mengenal
kamu, mengenal laki-laki seperti kamu. mungkin aku aku tak merasakan hal2 yang
tadi aku sebutkan. Kau tau? karna itu semua aku terlalu takut membuka mata
membuka hati mencoba melihat sosok kamu yang jauh berbeda dengan mereka. Aku
mencoba mengabaikan segala ucapanmu yang seringkali membuat ku berharap. aku
berhasil untuk beberapa saat! Tapi tidak untuk seterusnya. Aku merasa
menyia-nyiakan apa yang ada dihadapan aku; kamu. hanya karna aku terlalu takut
terluka, terjatuh dan kembali ke kehancuran. Segala hal tentang kamu tentang
kita memang bukan hal yang pasti, tapi aku percaya, mempercayai kamu takan pernah sia-sia dan yakin akan hubungan ini bukan
suatu hal yang harus aku takuti. Seperti yang kamu bilang “kita
hanya berencana, kita hanya berusaha tapi pada akhirnya hanya Allah yang bisa
memutuskan”.
Kita sama-sama
menggenggam meski tak benar-benar tergenggam
Kita terpaut jarak, dan
teruji karna nya tapi kita masih dalam kesetiaan yang sama.
Hey .. Kita masih dan
akan terus merapal doa yang sama kan?
untuk aku, kamu dan
kita.