Rabu, 19 Agustus 2015

22. kemarin dan hari ini.



Di tanggal ini, dibulan ini di tahun lalu. Detail waktunya masih ku ingat, sesaknya masih menikamku. Sakitnya masih begitu perih. dan aku masih dengan ketersiksaan yang kamu buat.

22. aku penyuka angka genap. Tapi tidak untuk angka ini. Angka ini mengingatkan ku pada sesuatu. Sesuatu yang aku harap tak pernah terjadi. Tak terjadi seperti itu. Dan tak berakhir begitu. Hari itu tangisku pecah. Fikiran ku tak berarah. Ragaku seakan tak bernyawa. Aku sekarat.

Dunia menjadi seakan bahan bercandaan. Kemarin kita bahagia bersama, hari ini aku bersedih. Kemarin kita saling tersenyum, hari ini acuh tak acuh. Kemarin kita masih bersama, hari ini kamu memilih jalanmu sendiri. Keadaan berbalik sesukanya, dan kamu bersikap semaumu. Membuatku mematung tanpa bisa melakukan apapun. Tanpa bisa meronta. tanpa bisa menahanmu. Tidak, aku tidak ingin menahanmu, aku tidak ingin meronta. aku hanya ingin bertanya. Aku hanya butuh jawaban. 

Dunia seakan berballik. Aku sangat mengenalmu, aku sangat memahamimu, aku tau pria seperti apa kamu. Aku tau kamu bukan pria yang mudah berpaling. tapi apa yang terjadi? Pertahananmu lemah. Kamu menyerah terlalu cepat, kamu berpaling dengan mudahnya. Aku kecewa sangat kecewa. kamu selalu memintaku untuk bersabar, kamu selalu memintaku untuk bertahan, kamu selalu memintaku untuk tetap stay apapun yang terjadi. Tapi kenyataannya, kamu yang melepaskan genggaman, kamu yang melangkah berlawanan. Kamu, berbeda dari yang aku kenal

Sungguh, aku benci caramu. Aku benci cara kamu yang memaksaku untuk membencimu. Dan aku benci jika yang harus ku benci adalah kamu. Aku benci jika harus membicarakan kamu. Aku benci jika harus mengingat kamu. Aku benci jika kamu masih berotasi dalam fikiranku. Kau tau? Mengingatmu, Mengingat waktu itu membuat seluruh kekecewaan itu kembali.

Hari ini. 22 dibulan yang sama ditahun ini. Ini hari pentingku, mengesampingkan apa itu perasaan. Karena bagiku ini yang terpenting, saat ini. Hari ini puncak perjuanganku, setelah 2bulan kemarin berkutit dengan laptop, berteman dengan tumpukan kertas dan bersahabat dengan buku-buku yang rasanya baru kali ini ngerasa sebutuh ini dengan buku. Sedikit cerita, saya bukan mahasiswi yang suka baca buku, yang suka nongkrong diperpus. Bisa dibilang baru semester sekarang serajin ini datang ke perpus. 

SKRIPSI. Kesibukan saya beberapa bulan terakhir ini.  Hari ini, 22 juni 2015 aku sibuk menghafalkan sibuk memahami tulisan ku, penelitian ku. Tak ada banyak waktuku memikirkanmu, kertas-kertas ini yang menjadi pusat perhatianku. Dan 24 juni 2015, Sidang Skripsiku. Gugup grogi takut deg-degan menjadi satu, sama rasa. Waktu dimana seharusnya kamu ada. Waktu dimana aku berharap kamu tetap mengenggamku menguatkanku. Waktu dimana aku bisa berterimakasih karena kamu sudah menemani masa kuliahku, bersabar dengan kesibukanku, menjadi bagian yang aku syukuri ketika duniaku memuakan. Tapi sayang disaat seperti itu kamu ga ada, saat-saat dimana aku membutuhkanmu. Kamu selalu memintaku untuk bertahan hingga akhir tapi ternyata Kamu yang  ga cukup kuat untuk bertahan hingga akhir.

Dan hari ini, Pria lain yang menyemangatiku. Nama pria lain yang muncul dalam chat bbmku. Nama pria lain yang muncul dalam chat whatsapp ku. Entah sekalipun aku tak berharap kamu, namun kenyataannya namamu lah yang aku tunggu.

22 juni.
dari sekian banyak yang berlalu lalang dalam fikiranku.
kamu tetap menjadi satu-satunya yang tetap ada.