aku pernah mengenggammu erat sebelum akhirnya terlepas. aku pernah bertahan sekuat mungkin sebelum akhirnya dihempaskan.
aku mempertahankanmu, selalu. tak peduli ada berapa banyak orang yang menunjukan lebihnya dihadapanku. tak peduli seberapa sering mereka mencoba masuk diantara kita ketika kita tak lagi bersama. satu yang ku peduli (saat itu), kamu takan mematahkan kepercayaanku.
ini sudah berlarut lama. kamu meneruskan hidupmu, begitupun aku. tak banyak lagi tentangmu yang ku tau sekarang. bagaimana hidupmu sekarang? masih kah kau dengan pilihanmu? sudah berapa banyak kebahagian silih berganti setelah tanpaku? lama tak menjadi pendengarmu, lama tak berbagi denganmu.
rindu. hanya kata itu yang terlintas, setiap kali ingatan tentang kita datang dan membuatku lupa diri. aku rindu mengadu padamu ketika hariku melelahkan. aku rindu menjadi tempat bersandarmu ketika duniamu melelahkan. aku rindu menjadi bagian tawa dan tangismu.
aku kira pilihanku tepat (kamu). aku kira hatiku berhak berhenti mencari. aku kira semua yang ku percaya (darimu) mampu ku pertahankan hingga akhir. aku kira segalanya akan berakhir manis (denganmu). tapi aku salah.
aku terlalu mempercayaimu. aku terlalu yakin padamu pada hatimu. aku terlalu percaya diri bahwa semua yang ku lakukan akan membuatmu menetap. begitupun kamu, kamu bertingkah keterlaluan. kau kenalkan aku dengan duniamu, mengajak ku masuk terlalu dalam. kamu slalu menujukan bahwa aku yang akan slalu kau genggam, yang akan kau jaga, yang akan kau bahagiakan (hingga akhir).
sadarkah kau? kita bertingkah keterlaluan, kita merasa terlalu memiliki. dan kini ku sadar yang berlebihan memang tak baik, mungkin Allah memberi kita ruang untuk saling sendiri, untuk menjalani hidup masing-masing, membuat kita saling kehilangan. meski yang terlihat adalah aku yang begitu kehilangan kamu.
untukmu yang pernah ada.
aku tak ingin merubah rasa menjadi benci.
aku tak ingin merubah anggapan baikku menjadi buruk.
aku hanya ingin menilaimu sama seperti yang ku kenal, meski akhirnya kamu menjadi seseorang asing bagiku.
untukmu yang seringkali menyentuh rindu.
aku tak pernah ingin datang (lagi) padamu.
sekuatku bertahan untuk berpaling.
sekuatku bertahan untuk melangkah tanpamu.
tetaplah seperti ini, kali ini biar ku selesaikan dengan caraku.
karna untuk sampai dititik ini, butuh waktu yang tak sebentar.
dari ..
perempuan yang sempat kau ragukan cintanya.
pada akhirnya yang terlalu mencintaimu, dan yang kau lukai begitu dalam.
Rabu, 16 September 2015
Rabu, 19 Agustus 2015
22. kemarin dan hari ini.
Di tanggal ini, dibulan ini di tahun
lalu. Detail waktunya masih ku ingat, sesaknya masih menikamku. Sakitnya masih
begitu perih. dan aku masih dengan ketersiksaan yang kamu buat.
22. aku penyuka angka genap. Tapi tidak untuk angka ini. Angka ini
mengingatkan ku pada sesuatu. Sesuatu yang aku harap tak pernah terjadi. Tak
terjadi seperti itu. Dan tak berakhir begitu. Hari itu tangisku pecah. Fikiran
ku tak berarah. Ragaku seakan tak bernyawa. Aku
sekarat.
Dunia menjadi seakan bahan bercandaan. Kemarin kita bahagia bersama, hari
ini aku bersedih. Kemarin kita saling tersenyum, hari ini acuh tak acuh.
Kemarin kita masih bersama, hari ini kamu memilih jalanmu sendiri. Keadaan
berbalik sesukanya, dan kamu bersikap semaumu. Membuatku mematung tanpa bisa
melakukan apapun. Tanpa bisa meronta. tanpa bisa menahanmu. Tidak, aku tidak
ingin menahanmu, aku tidak ingin meronta. aku
hanya ingin bertanya. Aku hanya butuh jawaban.
Dunia seakan berballik. Aku sangat mengenalmu, aku sangat memahamimu, aku
tau pria seperti apa kamu. Aku tau kamu bukan pria yang mudah berpaling. tapi
apa yang terjadi? Pertahananmu lemah. Kamu menyerah terlalu cepat, kamu
berpaling dengan mudahnya. Aku kecewa sangat kecewa. kamu selalu memintaku
untuk bersabar, kamu selalu memintaku untuk bertahan, kamu selalu memintaku
untuk tetap stay apapun yang terjadi. Tapi kenyataannya, kamu yang melepaskan
genggaman, kamu yang melangkah berlawanan. Kamu,
berbeda dari yang aku kenal.
Sungguh, aku benci caramu. Aku benci cara kamu yang memaksaku untuk
membencimu. Dan aku benci jika yang harus ku benci adalah kamu. Aku benci jika
harus membicarakan kamu. Aku benci jika harus mengingat kamu. Aku benci jika
kamu masih berotasi dalam fikiranku. Kau tau? Mengingatmu, Mengingat waktu itu
membuat seluruh kekecewaan itu kembali.
Hari ini. 22 dibulan yang sama ditahun ini. Ini hari pentingku,
mengesampingkan apa itu perasaan. Karena bagiku ini yang terpenting, saat ini.
Hari ini puncak perjuanganku, setelah 2bulan kemarin berkutit dengan laptop,
berteman dengan tumpukan kertas dan bersahabat dengan buku-buku yang rasanya
baru kali ini ngerasa sebutuh ini dengan buku. Sedikit cerita, saya bukan
mahasiswi yang suka baca buku, yang suka nongkrong diperpus. Bisa dibilang baru
semester sekarang serajin ini datang ke perpus.
SKRIPSI. Kesibukan saya beberapa bulan terakhir ini. Hari ini, 22 juni 2015 aku sibuk menghafalkan
sibuk memahami tulisan ku, penelitian ku. Tak ada banyak waktuku memikirkanmu,
kertas-kertas ini yang menjadi pusat perhatianku. Dan 24 juni 2015, Sidang
Skripsiku. Gugup grogi takut deg-degan menjadi satu, sama rasa. Waktu dimana
seharusnya kamu ada. Waktu dimana aku berharap kamu tetap mengenggamku menguatkanku. Waktu dimana aku bisa berterimakasih karena kamu sudah menemani
masa kuliahku, bersabar dengan kesibukanku, menjadi bagian yang aku syukuri
ketika duniaku memuakan. Tapi sayang disaat seperti itu kamu ga ada, saat-saat
dimana aku membutuhkanmu. Kamu selalu
memintaku untuk bertahan hingga akhir tapi ternyata Kamu yang ga cukup kuat untuk bertahan hingga akhir.
Dan hari ini, Pria lain yang menyemangatiku. Nama pria lain yang muncul
dalam chat bbmku. Nama pria lain yang muncul dalam chat whatsapp ku. Entah
sekalipun aku tak berharap kamu, namun kenyataannya namamu lah yang aku tunggu.
22 juni.
dari sekian banyak yang berlalu lalang dalam fikiranku.
kamu tetap menjadi satu-satunya yang tetap ada.
dari sekian banyak yang berlalu lalang dalam fikiranku.
kamu tetap menjadi satu-satunya yang tetap ada.
Langganan:
Komentar (Atom)